Yang namanya masalah sepertinya dapat menimpa siapa saja dan dimana saja. Tidak peduli apa latar belakang seseorang, masalah akan mendera kapan saja.
Seperti dialami oleh Rd Rara Eulis Hendraswati. Dia punya pengalaman begitu kelam dalam hidup yang tidak akan pernah bisa dia lupakan.
Dia ingat peristiwa beberapa tahun lalu, saat Rara berada di titik tersulit. Masalah yang dialami keluarganya datang bertubi-tubi lantaran utang suaminya semakin menumpuk.
"Sebanyak 3/4 gaji saya habis untuk membayar cicilan utang suami yang luar biasa besar. Saya tak pernah tahu penggunaan dana utang tersebut untuk apa. Beliau tertutup sekali. Yang saya tahu ada debt collector datang ke rumah dengan wajah tak ramah dan pistol mengancam kepala," ujar Rara.
Saat itu, ibu dua anak itu tengah menyusui bungsunya yang baru berusia delapan bulan. Suaminya datang sembari menangis dan meminta dia melunasi utang agar tidak berurusan dengan pengadilan. Alhasil, Rara pun mencari pinjaman ke bank untuk menutup utang tersebut.
"Saya harus mencicilnya selama tiga tahun, dengan mengambil 3/4 gaji bulanan saya," kata dia.
Rara sempat terikat kesepakatan suaminya akan mengganti pinjaman itu setiap bulan hingga lunas. Bulan-bulan berikutnya, suasana yang terjadi di rumah tangga Rara semakin panas. Suaminya tidak memenuhi kewajiban mengganti cicilan maupun memberi nafkah.
"Seperti ikan di dalam gelas kecil, megap-megap kehabisan oksigen," ucap Rara.
Kondisi yang dialami keluarga Rara semakin lama semakin memburuk.
Sang suami justru menempuh jalan singkat melalui praktik syirik.
"Tiba-tiba rumah kami sering kedatangan batu akik, pusaka-pusaka mini, dan benda-benda aneh lain. Bahkan, saya sempat temukan semacam taring hewan buas di mobil tua kami," tutur Rara.
Hal itu membuat Rara marah. Dia meminta suaminya menghentikan praktik syirik itu dan menyingkirkan semua keanehan di rumahnya.
Puncak masalah terjadi saat Rara harus membayar pajak mobil. Saat akan membayar pajak itu, Rara menyadari Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) mobilnya tidak berada di tempat biasa dia menyimpan.
Ternyata, suaminya menggunakan BPKB tersebut sebagai jaminan tanpa sepengetahuan Rara. Dia kemudian memaksa suaminya mengembalikan BPKB itu sekaligus mengajukan surat talak.
Beberapa lama setelah kejadian tersebut, Rara datang ke bazar buku di sekolah anaknya. Di sana dia bertemu dengan buku-buku karya Ustaz Yusuf Mansur. Sejak itu, dia memutuskan untuk memperbaiki sholat fardlu, menjalankan sholat sunnah qabliyah-ba'diyah, tahajud, dhuha, puasa sunnah senin-kamis, dan memperbanyak sedekah.
Kondisinya tidak membaik. Suaminya justru merespon buruk dan tak mau memperbaiki rumah tangga. Rara bahkan harus menjual mobilnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Meski begitu, niat Rara untuk memperbaiki diri sudah kuat.....
Dia memutuskan untuk kembali belajar mengaji Alquran di Pondok Pesantren Daarul Quran. Setiap kali mengaji, Rara selalu mengajak anak-anaknya.
"Kak, yuk kita ke pesantren Daarul Quran, mama mau ngaji iqra. Kakak sama adik nunggu mama sambil main ya," kata Rara kepada anak-anaknya.
Rara merasakan perubahan luar biasa dalam dirinya. Usai kejadian itu, dia semakin rajin menjalankan ibadah. Kehidupannya pun terangkat pelan-pelan dan seorang diri dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Step by step petunjuk Allah mulai bersinar. Saya diberi kemudahan memperoleh mobil pengganti walau bukan baru, saking mudahnya seperti diantar ke rumah," ujar dia.
Rasa merasakan betul petuah 'Jalani yang Wajib Hidupkan yang Sunnah'. Dia telah membuktikan petuah itu benar adanya.
"Sungguh, Allah melindungi kami, seperti dibuatkan perisai hidup," ucap Rara.
No comments:
Post a Comment